TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF
KONEKSI ANTAR MATERI
TUGAS MODUL 1.4.a.8 BUDAYA POSITIF
SUDARWOTO, CGP ANGKATAN 5 DARI SDN RAWA KOMPENI KOTA
TANGERANG
Buatlah sebuah kesimpulan
mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan
menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku
manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan
keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki
Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang. Dari kemajuan
tersebut tentu menimbulkan banyak dampak, baik dampak positif maupun negatif.
Dampak yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut
tidak hanya berpusat pada daya fikir, daya konsumtif dan lain sebagainya, namun
juga berdampak pada sosial budaya. Untuk itu, usaha untuk menangkal segala
pengaruh budaya, terutama budaya asing yang sulit dibendung ini harus segera
dilakukan agar dampak budaya negatif yang mempengaruhi perkembangan anak
utamanya tidak akan mampu menggerus nilai-nilai budaya positif dari negeri
sendiri.
Sebagai tempat menciptakan atau membentuk budaya positif anak yang
paling utama adalah di sekolah. Sekolah merupakan tempat pendidikan dalam
membentuk karakter anak agar berbudaya positif. Budaya positif di sekolah
adalah nilai - nilai positif yang diterapkan di sekolah untuk menumbuhkan motivasi
intrinsik pada diri siswa yang memiliki nilai-nilai, keyakinan-keyakinan,
dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid
bertanggung jawab, dan berbudi pekerti
yang luhur sehingga terwujud profil pelajar pancasila. Sedangkan mutu dari
sekolah akan terlihat dari budaya positif yang hidup dan dikembangkan pada warga
sekolahnya.
Dalam membentuk dan menciptakan budaya positif di sekolah tentu tidak
dapat berdiri sendiri. Kolaborasi dari seluruh kekuatan sumber daya yang ada
baik kekuatan dan sumberdaya itu dari dalam maupun dari luar sekolah sangat
diperlukan. Kekuatan dan sumber daya dari dalam seperti, Kepala Sekolah, rekan
guru, tenaga kependidikan, murid dan orang tua/wali murid. Sementara kekuatan
dan sumberdaya dari luar seperti, lingkungan masyarakat sekitar, lembaga
kemasyarakatan lainnya adalah yang dapat mendukung pelaksanaan budaya positif
di sekolah. Penerapan budaya positif dalam aktifitas belajar mengajar
sehari-hari di sekolah sangat berkaitan dengan nilai lainnya. Misalnya
penerapan budaya positif “Komitmen dengan tugas” sangat erat kaitannya dengan
penanaman nilai mandiri dan disiplin bagi murid. Melalui pembiasaan tepat waktu,
murid dapat mengembangkan kemandiriannya melaksanakan kewajubannya meskipun
tanpa adanya pengawasan dari guru. Budaya positif yang ada di sekolahpun akan
membantu pencapaian terwujudnya visi sekolah. Untuk mewujudkan visi sekolah,
peran guru yang merupakan ujung tombak kualitas pendidikan di sekolah memegang
peranan sangat penting.
Setelah mempelajari modul 1.1 hingga modul 1.4, dapat dipahami nahwa
terdapat sebuah rangkaian yang sangat erat kaitannya dan saling mendukung
antara satu dengan yang lainnya. Pada modul 1.1 tentang konsep pemikiran Ki
Hajar dewantara, modul 1.2 nilai dan peran guru penggerak, modul 1.3 visi guru
penggerak sangat berkaitan dengan budaya positif. Budaya positif yang
dipelajari pada modul 1.4 dilaksanakan sesuai dengan tujuan pendidikan menurut
Ki Hadjar Dewantara yang dipelajari pada modul 1.1 yaitu menuntun segala kodrat
yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Menuntun tumbuh kembangnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak (murid)
dilakukan agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya
kekuatan kodrat anak. Oleh karena itu menurut KHD, pendidikan adalah tempat
bersemainya benih-benih kebudayaan. Selanjutnya, Keterkaitan Pemikiran Ki Hajar
Dewantara akan diwujudkan dengan nilai dan peran sebagai guru penggerak serta
guru penggerak akan menciptakan visi yang akan diwujudkan melalui tahapan bagja
yaitu;
Buat pertanyaan,
Ambil pelajaran,
Gali impian,
Jabarkan rencana,
Atur eksekusi.
dan dalam
pelaksanaannya harus dibarengi dengan budaya positif.
Sebagai guru penggerak, nilai dan peran guru penggerak haruslah
ditularkan pada rekan sejawat di sekolah. Dalam menularkan kebiasaan baik
dengan rekan sejawat dan membangun budaya positif disekolah adalah dengan cara
berkolaborasi, membangun komunikasi yang disertai dengan keteladanan pada diri
sendiri sehingga rekan sejawat akan melihat yang selanjutnya akan mengikuti
kebiasaan positif yang kita lakukan sebagai guru penggerak. Guru penggerak
harus mampu menjadi teladan, menjalin kolaborasi dengan rekan sejawat dan guru
lain serta seluruh warga sekolah dalam melaksanakan budaya positif. Menggerakkan
komunitas praktisi yang ada di sekolah dan di luar sekolah, menjadi coach bagi
guru lain serta mampu menjadi pemimpin dalam pembelajaran yang berpihak pada
murid. Guru penggerak harus bisa menumbuhkan budaya positif di kelas menjadi
budaya positif di sekolah dan menjadi visi di sekolah. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara :
1. Memulai dari diri sendiri dalam menumbuhkan
budaya positif di kelas dan di sekolah untuk menjadi teladan bagi warga
sekolah.
2. Mensosialisasikan dan berkolaborasi dengan rekan
guru, tenaga kependidikan dan Kepala Sekolah
3. Memupuk rasa semangat, sabar, ulet dan berpikir
positif terhadap ketidaksesuaian ide yang kita berikan.
4. Senantiasa secara terus menerus melakukan
refleksi dan perbaikan-perbaikan.
Buatlah sebuah refleksi dari
pemahaman Anda atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif ini dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Sejauh
mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di
modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan,
posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga
restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Pada modul 1.4
ini, konsep-konsep inti yang saya pahami adalah;
a.
Disiplin positif, merupakan pendekatan
mendidik anak untuk melakukan kontrol diri dan pembentukan kepercayaan diri.
Disiplin ini berbeda sama sekali dengan hukuman meskipun disiplin sering
diterapkan dengan menggunakan teknik hukuman.
b. Teori kontrol, adalah sebuah pendekatan restitusi
yang terdiri dari 5 (lima) posisi kontrol, yaitu;
- Penghukum: Seorang penghukum bisa menggunakan
hukuman fisik maupun verbal. Orang[1]orang yang menjalankan
posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau
alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi.
- Pembuat Merasa Bersalah: pada posisi ini
biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan
menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah,
atau rendah diri.
- Teman: Guru pada posisi ini tidak akan
menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi.
Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa
hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan
hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang.
- Pemantau: Memantau berarti mengawasi.
Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang
kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan[1]peraturan
dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan
pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau.
- Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid[1]murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri. Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada.
c.
Teori motivasi
Pada teori
motivasi, terdapat 3 motivasi perilaku manusia, yaitu;
-
Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
-
Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari
orang lain.
- Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai[1]nilai yang mereka percaya.
d.
Hukuman dan penghargaan
Hukuman adalah tindakan yang bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.
Penghargaan, adalah cara-cara mengontrol
perilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang
sesungguhnya. Tindakan memberikan penghargaan yang nilainya sama dengan
menghukum seseorang.
Tindakan memberikan penghargaan yang nilainya sama dengan
menghukum seseorang;
Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang
- Penghargaan efektif jika kita menginginkan
seseorang melakukan sesuatu yang kita inginkan, dalam jangka waktu pendek.
- Jika kita menggunakan penghargaan lagi, dan
lagi, maka orang tersebut akan bergantung pada penghargaan yang diberikan,
serta kehilangan motivasi dari dalam.
- Jika kita mendapatkan penghargaan untuk
melakukan sesuatu yang baik, maka selain kita senantiasa berharap mendapatkan
penghargaan tersebut lagi, kita pun menjadi tidak menyadari tindakan baik yang
kita lakukan.
Penghargaan
Tidak Efektif.
- Suatu penghargaan adalah suatu benda atau
peristiwa yang diinginkan, yang dibuat dengan persyaratan: Hanya jika Anda
melakukan hal ini, maka Anda akan mendapatkan penghargaan yang diinginkan.
- Jika saya mengharapkan suatu penghargaan dan
tidak mendapatkannya, maka saya akan kecewa dan berkecil hati, serta
kemungkinan lain kali saya tidak akan berusaha sekeras sebelumnya.
- Jika kita memberikan seseorang suatu penghargaan
untuk melakukan sesuatu, maka kita harus terus menerus memberikan penghargaan
itu jika kita ingin orang tersebut meneruskan perilaku yang kita inginkan.
- Orang yang berusaha berhenti merokok, atau orang yang berusaha diet menguruskan badan bila diberikan penghargaan hampir pasti tidak berhasil.
Penghargaan
Merusak Hubungan
- Ketika seorang diberi penghargaan atau dipuji di
depan orang banyak, maka yang lain akan merasa iri, dan sebagian dari mereka
akan tidak menyukai orang yang diberikan penghargaan tersebut.
- Jika seorang guru sering memberikan penghargaan
kepada murid-muridnya, besar kemungkinan murid-muridnya termotivasi hanya untuk
menyenangkan gurunya. Mereka tidak akan bersikap jujur kepada guru tersebut.
- Penghargaan menciptakan persaingan di dalam
kelas, dan persaingan menciptakan kecemasan.
- Mereka yang percaya bahwa mereka tidak memiliki
kesempatan untuk mendapatkan penghargaan akan berhenti mencoba.
Penghargaan
Mengurangi Ketepatan
Penghargaan
Menurunkan Kualitas
Penghargaan
Mematikan Kreativitas
Penghargaan
Menghuku
Motivasi dari Dalam Diri (Intrinsik)
e.
posisi kontrol guru, segitiga restitusi.
Posisi kontrol
seorang guru adalah Pemantau dan Manajer, yaitu memantau berarti
mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku
orang-orang yang kita awasi dan posisi manajer guru berbuat sesuatu bersama
dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung
murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.
f.
kebutuhan dasar manusia
-
Kebutuhan Bertahan Hidup
-
Kasih sayang dan Rasa Diterima (Kebutuhan untuk
Diterima)
-
Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan)
-
Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)
- Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)
g.
keyakinan kelas
Adalah nilai-nilai
kebajikan universal yang disepakati secara tersirat dan tersurat, lepas dari
latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama.
h.
segitiga restitusi.
Adalah tahapan
untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan
anaknya untuk melakukan restitusi, bernama segitiga restitusi/restitution
triangle.
Tahapan
segitiga restitusi;
1.
Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity)
2.
Validasi Tindakan yang Salah (Validate the
Misbehavior)
3.
Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief)
Yang menarik bagi saya adalah membuat sebuah keyakinan kelas, yang mana
sebelum mengikuti PGP kita membuat aturan atau tata tertib kelas dan sekolah,
namun hal tersebut rupanya kurang baik sehingga harus membuat keyakinan kelas
dengan paradigma segitiga restitusi. Diluar dugaan saya yang selama ini benar dengan
sebuah peraturan kelas/sekolah ternyata kurang tepat dalam rangka menciptakan
budaya positif di kelas dan sekolah.
Perubahan apa yang terjadi
pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun
sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
Perubahan yang terjadi pada cara
berpikir saya adalah bukan lagi saya membuat sebuah atau suatu peraturan
kelas/sekolah, namun membuat kesepakatan bersama dengan murid untuk membuat
keyakinan kelas guna membentuk budaya positif di kelas dan sekolah.
Pengalaman seperti apakah yang
pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya
Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?
Pengalaman saya pada awalnya
terjadi kesulitan untuk menerapkan keyakinan kelas, untuk itu perlu adanya
kolaborasi dan kerjasama dengan seluruh warga sekolah, terutama murid. Dengan
menggunakan paradigma segitiga restitusi, perubahan itu terjadi, ketika murid
melakukan kesalahan, saya tidak mencari kesalahannya, tetapi mencari solusi
dengan paradigma segitiga restitusi dan dengan keyakinan kelas yang sudah
disepakati bersama. Dengan demikian murid menyadari atas kesalahannya secara insintrik
dan dapat menemukan solusinya secara mandiri sehingga menumbuhkan disiplin
positif, membentuk profil pelajar Pancasila.
Bagaimanakah perasaan Anda
ketika mengalami hal-hal tersebut?
Perasaan saya senang dan selalu
bersemangat untuk sebuah perubahan untuk menanamkan dan membentuk budaya
positif di kelas dan sekolah. Dengan berkolaborasi bersama teman sejawad dan
murid begitu menyenangkan penuh dengan tantangan.
Menurut Anda, terkait
pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah
baik? Adakah yang perlu diperbaiki?
Hal yang sudah baik adalah manjadikan
guru sebagai pemantau dan manajer pada murid yang membuat kesalahan. Dan yang
perlu diperbaiki adalah lebih menekankan kembali tentang keyakinan kelas untuk
meningkatkan budaya positif di kelas dan sekolah.
Sebelum mempelajari modul ini,
ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah
yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah
mempelajari modul ini, posisi apa yang
Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?
Sebelum mempelajari modul ini,
posisi kontrol yang sering saya pakai ketika berinteraksi dengan murid adalah
posisi kontrol Penghukum dan Pembuat merasa bersalah. Perasaan saya saat
itu justru saya yang merasa bersalah, karena saya melihat murid menjadi
penakut, tidak bebas walau memang menjadi sedikit lebih baik. Setelah
mempelajari modul 1.4 ini, saya menggunakan posisi kontrol Pemantau dan
Manajer. Perasaan saya sekarang lebih lega karena saya merasa anak sadar
akan kesalahannya dan mencari solusi terbaik dengan keyakinan kelas, sehingga timbul
secara insintrik kesadaran itu pada murid sendiri, sehingga saya tidak merasa
bersalah lagi dan muridpun senang tanpa rasa terbebani atas kesalahannya karena
sudah mendapatkan solusi.
Sebelum mempelajari modul ini,
pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi
permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan
bagaimana Anda mempraktekkannya?
Sebelum mempelajari modul ini,
saya sepertinya pernah menggunakannya yaitu pada tahap menstabilkan identitas
dan validasi tindakan yang salah. Namun demikian, saya belum tahu dan tidak
menyadarinya kalau itu termasuk segitiga restitusi. Saya mempraktekkan yaitu memanggil
siswa secara pribadi, bertanya kesalahan apa yang sudah diperbuat, dan apa
penyebabnya serta apa kosekuensinya terhadap apa yang sudah dilakukan.
Selain konsep-konsep yang
disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk
dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas
maupun sekolah?
Saya kira cukup lengkap konsep-konsep
dalam proses menciptakan budaya positif dalam modul ini.
Rancangan
Tindakan untuk Aksi Nyata
Latar
Belakang
Di era globalisasi saat ini yang mana budaya
asing dapat di akses oleh semua orang terutama peserta didik, guru sudah
saatnya menerapkan budaya positif di sekolah.
Budaya positif di sekolah akan menumbuhkan nilai - nilai positif dan memotivasi
secara intrinsik pada diri siswa yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti
yang luhur sehingga terwujud profil pelajar pancasila. Mutu dari sekolah dapat
dilihat dari budaya positif yang hidup dan dikembangkan oleh warga sekolah.
Tujuan
1.
Membentuk siswa yang senantiasa melakukan
pembiasaan positif di sekolah.
2.
Menumbuhkan motivasi insintrik pada siswa yang
bertanggung jawab dan berbudi pekerti luhur.
3.
Menumbuhkan rasa saling menghargai, menghormati
dan toleransi dengan sesama warga sekolah.
4.
Menciptakan iklim pendidikan yang harmonis di
sekolah.
5.
Mewujudkan visi sekolah melalui kesepakatan
keyakinan kelas.
6.
Mewujudkan profil pelajar Pancasila.
Tolak
Ukur
1.
Munculnya sebuah karakter tanggung jawab pada
setiap diri murid.
2.
Munculnya pribadi murid yang lebih baik dari
sebelumnya.
3.
Murid disiplin dan semangat serta aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran
4.
Murid mampu membuat keyakinan kelas.
5.
Murid menjalankan keyakinan kelas yang sudah
disepakati bersama.
Linimasa
Tindakan
1.
Membuat rancangan aksi nyata disampaikan kepada
kepala sekolah.
2.
Mensosialisaikan kepada seluruh warga sekolah
terkait disiplin positif.
3.
Memberikan penjelasan tentang kesepakatan
keyakinan kelas.
4.
Guru bersama murid membuat kesepakatan kelas
untuk dipajang didinding kelas.
5.
Menumbuhkan kebiasaan yang dilakukan pada aksi
nyata menjadi pembiasaan di kelas maupun di sekolah.
6.
Menanamkan pembiasaan sesuai dengan profil
pelajar Pancasila.
Dukungan
yang dibutuhkan
1.
Kepala sekolah, guru, pendidik dan tenaga
kependidikan, orang tua/wali murid, komite sekolah, petugas kantin, dan murid
itu sendiri.
2.
Sarana dan prasarana yang dapat mendukung untuk
menumbuhkan budaya positif di sekolah.
Komentar
Posting Komentar